Rabu, 17
desember 2014. Hari dimana seorang
laki-laki datang menghampiriku dengan tergopoh-gopoh, dengan seragam coklat
pramuka yang dikenakannya sembari ditemani 1 orang temannya, ia datang ke tempat
dimana aku sedang duduk kala itu, yang memang sudah menunggu datangnya dia
semenjak setengah jam yang lalu. Aku yang memang sudah ada firasat, bahwa hari
itu ia akan menyatakan sesuatu yang memang sudah kutunggu semenjak beberapa
hari yang lalu pun merasa gugup saat ia mulai duduk disampingku.
Hingga tiba
saat tangannya menggenggam jari jari kecilku, dan mengajakku untuk memulai
hubungan bersamanya. Sembari mengaitkan kelingkingnya dan berjanji, untuk tidak menyakitiku seperti yang sudah
ku alami di hubungan ku yang sebelum-sebelumnya.
Sepertinya semua
orang berhak mendapat kesempatan. Dan ia berhak untuk membuktikan, apakah ia
nantinya benar-benar dapat memegang janjinya yang sudah ia katakan saat itu,
atau tidak. Terlalu banyak yang ku pertimbangkan sebelum memulai hubungan
baruku ini, masa lalu nya yang ku tau dan hampir semua orang tau ia seperti
apa, belum lagi serintilan ocehan orang yang memanasi ku untuk menjauhinya, dan
omongan-omongan lain yang membuat hati ini ragu. Dan pada akhirnya, ku lawan
semua perasaan ragu itu dan mulai mencoba menerima, dan memberi kesempatan
bahwa ia bisa berubah. Dan kurasa, ini lah tugasku untuk mengubahnya
dan membuktikan ia bisa menjadi lebih baik bersama ku.
Dan
akhirnya...
Aku sudah
mulai terbiasa dengan segala kebiasaan yang ia lakukan setiap harinya, aku
mulai terbiasa dengan jam tidurnya yang sangat lah lama, yang terkadang membuat
ku harus lebih sabar menunggu balasan kabar darinya, aku mulai terbiasa dengan
masalah-masalah yang ada, yang biasanya masalah yang tak jauh jauh dari sifat
bosanan-nya yang ia miliki, aku selalu mencoba mengingatkan jika apa yang sudah
ia lakukan sudah dilewat batas menurutku. Ku coba menurunkan ego ku sendiri
karna ku tau, ego nya pun tak kalah besar dari ego yang ku punya, kucoba
mengalah dan menenangkannya setiap kali ada masalah, ku coba memberinya
kebebasan dalam bermain dan kebebasan untuknya melakukan kegiatannya yang lain,
ku coba memberi ruang bebas untuknya karna ku tau dan mengerti, tak semua
waktunya harus di dedikasikan untukku. Aku
mulai mencoba memahami band-band dan genre musik yang ia suka yang sebenarnya
sangat bertolak belakang dengan genre musik yang ku suka. Setiap kali dia
memberitahu ku sebuah lagu dan menyuruhku untuk melihat lirik dari lagunya,
segera ku lihat dan ku dengarkan berulang-ulang agar terkesan mengimbangi
selera musiknya yang sesungguhnya jauh berbeda dari selera yang ku punya. Dan lama
kelamaan, aku pun mulai menyesuaikan diri dengan lagu-lagunya dan mulai
menyukai beberapa lagu yang pernah ia berikan padaku.
Dia takut
darah. Pernah sekali dia sakit demam tinggi menggigil 2 hari tak kunjung
sembuh. Aku yang akhirnya ikut panik dan khawatir pun menyuruhnya untuk cek
darah, barangkali tifus atau dbd. Tapi ia menolaknya dan mengaku selalu merasa
lemas tiapkali melihat darah. Ia sering melewatkan jam makannya dan jarang
merasa lapar, ku beritahu dia untuk lebih memperhatikan dan menyayangi tubuhnya
sendiri, seperti selayaknya aku disini yang tak kunjung berhenti menyayangi
setiap hal yang ada pada dirinya.
Ia punya
sifat solidaritas yang tinggi terhadap teman-temannya yang patut ku acungi jempol. Yang dimana setiap
pulang sekolah selalu menyempatkan waktunya untuk pergi berkumpul dengan temannya
walau sebentar. Pernah sekali aku meminta untuk diantarkan ke tempat bimbel ku
yang kebetulan searah dengan rumahnya, tapi ia lebih memilih berkumpul dengan
temannya dahulu dan menyuruhku untuk diantar dengan teman laki-laki ku saja. Aku
mencoba mengerti dan mulai saat itu memutuskan untuk tidak pernah meminta
diantarnya pulang. Sampai terkadang aku teringat perilaku mantan-mantan ku yang
dulu yang terlihat lebih memprioritasi ku diatas segalanya. Perilaku-perilaku
mereka yang justru selalu mengajakku pulang bersama dan terkadang sudah muncul
didepan rumahku tanpa ku minta. Tidak, aku tidak merindukan kenangan-kenangan
bersama mantan ku, aku hanya terkadang rindu diperlakukan seperti itu oleh
lelaki yang kusayangi. Tindakan-tindakan sederhana yang terkadang justru
terlihat lebih tulus yang ku inginkan. Tapi bagaimana pun, aku tak bisa
menuntut apa-apa. Aku menyayanginya tulus, jadi meskipun ia tak pernah
melakukan apa yang sebenarnya aku inginkan, tak masalah, lagi-lagi aku mencoba
mengerti keadaan yang ia miliki dan mencoba untuk tak memaksakan egoku sendiri.
Ia tak suka
dikekang dan diatur-atur. Aku yang awalnya suka mengatur ataupun melarang
hal-hal yang ia lakukan yang menurutku tidak baik untuknya, mencoba mengerti
dan mencoba memberinya kepercayaan karna bagaimana pun, ia adalah dirinya. Sedangkan
aku hanyalah sosok pelengkapnya, yang tugasnya hanya mengingatkan dan menjaganya.
Sebetulnya, ingin sekali rasanya memarahinya dan menyadarkannya saat apa yang
ia lakukan menurutku sudah diluar batas. Seperti saat ia mulai minum-minum dan
keluar sampai larut malam, saat ia mulai bosan lalu tergoda dengan wanita lain
dan mulai berhubungan via chat dengan wanita itu, 3x ku mengetahui hal itu dan
selalu ku maafkan dan kuberi ia kesempatan untuk mengubahnya, hingga tiba
saatnya aku merasa lelah dengan keadaan dan merasa ingin menyerah begitu saja.
Tapi aku merasa, tugas ku belum selesai. Aku ingin
selalu mendampinginya hingga ia menjadi orang yang lebih baik, hingga ia sukses
mendapatkan apa yang ia mau. Aku selalu ingin menemaninya melewati setiap
masalah hidup yang ia alami. Aku selalu ingin membantunya bangun tiap kali ia
merasa terjatuh di masalah-masalah yang ada. Aku ingin selalu menyayangi setiap
kekurangan yang ia punya, menyayangi setiap hal yang ada pada dirinya, baik dan
buruknya.
he gave me
so much things to learn, he taught me to understand that love is sincere. I’ve
never ever felt this way about anyone and i cant even explain how it feels. Such
the best thing in the world, but at the same time its not because i know im the
one who’ll always fight for this relationship. As time went on the feelings
just got stronger and i cant hold back anymore. I need you to know that I care
for you deeply and I’ll always be here for you in every situation. You are the
most beautiful man I have ever layed eyes on.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar