Sabtu, 04 April 2015

DRA

Rabu, 17 desember 2014.  Hari dimana seorang laki-laki datang menghampiriku dengan tergopoh-gopoh, dengan seragam coklat pramuka yang dikenakannya sembari ditemani 1 orang temannya, ia datang ke tempat dimana aku sedang duduk kala itu, yang memang sudah menunggu datangnya dia semenjak setengah jam yang lalu. Aku yang memang sudah ada firasat, bahwa hari itu ia akan menyatakan sesuatu yang memang sudah kutunggu semenjak beberapa hari yang lalu pun merasa gugup saat ia mulai duduk disampingku.
Hingga tiba saat tangannya menggenggam jari jari kecilku, dan mengajakku untuk memulai hubungan bersamanya. Sembari mengaitkan kelingkingnya dan berjanji, untuk tidak menyakitiku seperti yang sudah ku alami di hubungan ku yang sebelum-sebelumnya.
Sepertinya semua orang berhak mendapat kesempatan. Dan ia berhak untuk membuktikan, apakah ia nantinya benar-benar dapat memegang janjinya yang sudah ia katakan saat itu, atau tidak. Terlalu banyak yang ku pertimbangkan sebelum memulai hubungan baruku ini, masa lalu nya yang ku tau dan hampir semua orang tau ia seperti apa, belum lagi serintilan ocehan orang yang memanasi ku untuk menjauhinya, dan omongan-omongan lain yang membuat hati ini ragu. Dan pada akhirnya, ku lawan semua perasaan ragu itu dan mulai mencoba menerima, dan memberi kesempatan bahwa ia bisa berubah. Dan kurasa, ini lah tugasku untuk mengubahnya dan membuktikan ia bisa menjadi lebih baik bersama ku.
Dan akhirnya...

Aku sudah mulai terbiasa dengan segala kebiasaan yang ia lakukan setiap harinya, aku mulai terbiasa dengan jam tidurnya yang sangat lah lama, yang terkadang membuat ku harus lebih sabar menunggu balasan kabar darinya, aku mulai terbiasa dengan masalah-masalah yang ada, yang biasanya masalah yang tak jauh jauh dari sifat bosanan-nya yang ia miliki, aku selalu mencoba mengingatkan jika apa yang sudah ia lakukan sudah dilewat batas menurutku. Ku coba menurunkan ego ku sendiri karna ku tau, ego nya pun tak kalah besar dari ego yang ku punya, kucoba mengalah dan menenangkannya setiap kali ada masalah, ku coba memberinya kebebasan dalam bermain dan kebebasan untuknya melakukan kegiatannya yang lain, ku coba memberi ruang bebas untuknya karna ku tau dan mengerti, tak semua waktunya harus di dedikasikan untukku.  Aku mulai mencoba memahami band-band dan genre musik yang ia suka yang sebenarnya sangat bertolak belakang dengan genre musik yang ku suka. Setiap kali dia memberitahu ku sebuah lagu dan menyuruhku untuk melihat lirik dari lagunya, segera ku lihat dan ku dengarkan berulang-ulang agar terkesan mengimbangi selera musiknya yang sesungguhnya jauh berbeda dari selera yang ku punya. Dan lama kelamaan, aku pun mulai menyesuaikan diri dengan lagu-lagunya dan mulai menyukai beberapa lagu yang pernah ia berikan padaku.

Dia takut darah. Pernah sekali dia sakit demam tinggi menggigil 2 hari tak kunjung sembuh. Aku yang akhirnya ikut panik dan khawatir pun menyuruhnya untuk cek darah, barangkali tifus atau dbd. Tapi ia menolaknya dan mengaku selalu merasa lemas tiapkali melihat darah. Ia sering melewatkan jam makannya dan jarang merasa lapar, ku beritahu dia untuk lebih memperhatikan dan menyayangi tubuhnya sendiri, seperti selayaknya aku disini yang tak kunjung berhenti menyayangi setiap hal yang ada pada dirinya.

Ia punya sifat solidaritas yang tinggi terhadap teman-temannya yang  patut ku acungi jempol. Yang dimana setiap pulang sekolah selalu menyempatkan waktunya untuk pergi berkumpul dengan temannya walau sebentar. Pernah sekali aku meminta untuk diantarkan ke tempat bimbel ku yang kebetulan searah dengan rumahnya, tapi ia lebih memilih berkumpul dengan temannya dahulu dan menyuruhku untuk diantar dengan teman laki-laki ku saja. Aku mencoba mengerti dan mulai saat itu memutuskan untuk tidak pernah meminta diantarnya pulang. Sampai terkadang aku teringat perilaku mantan-mantan ku yang dulu yang terlihat lebih memprioritasi ku diatas segalanya. Perilaku-perilaku mereka yang justru selalu mengajakku pulang bersama dan terkadang sudah muncul didepan rumahku tanpa ku minta. Tidak, aku tidak merindukan kenangan-kenangan bersama mantan ku, aku hanya terkadang rindu diperlakukan seperti itu oleh lelaki yang kusayangi. Tindakan-tindakan sederhana yang terkadang justru terlihat lebih tulus yang ku inginkan. Tapi bagaimana pun, aku tak bisa menuntut apa-apa. Aku menyayanginya tulus, jadi meskipun ia tak pernah melakukan apa yang sebenarnya aku inginkan, tak masalah, lagi-lagi aku mencoba mengerti keadaan yang ia miliki dan mencoba untuk tak memaksakan egoku sendiri.

Ia tak suka dikekang dan diatur-atur. Aku yang awalnya suka mengatur ataupun melarang hal-hal yang ia lakukan yang menurutku tidak baik untuknya, mencoba mengerti dan mencoba memberinya kepercayaan karna bagaimana pun, ia adalah dirinya. Sedangkan aku hanyalah sosok pelengkapnya, yang tugasnya hanya mengingatkan dan menjaganya. Sebetulnya, ingin sekali rasanya memarahinya dan menyadarkannya saat apa yang ia lakukan menurutku sudah diluar batas. Seperti saat ia mulai minum-minum dan keluar sampai larut malam, saat ia mulai bosan lalu tergoda dengan wanita lain dan mulai berhubungan via chat dengan wanita itu, 3x ku mengetahui hal itu dan selalu ku maafkan dan kuberi ia kesempatan untuk mengubahnya, hingga tiba saatnya aku merasa lelah dengan keadaan dan merasa ingin menyerah begitu saja.

 Tapi aku merasa, tugas ku belum selesai. Aku ingin selalu mendampinginya hingga ia menjadi orang yang lebih baik, hingga ia sukses mendapatkan apa yang ia mau. Aku selalu ingin menemaninya melewati setiap masalah hidup yang ia alami. Aku selalu ingin membantunya bangun tiap kali ia merasa terjatuh di masalah-masalah yang ada. Aku ingin selalu menyayangi setiap kekurangan yang ia punya, menyayangi setiap hal yang ada pada dirinya, baik dan buruknya.

he gave me so much things to learn, he taught me to understand that love is sincere. I’ve never ever felt this way about anyone and i cant even explain how it feels. Such the best thing in the world, but at the same time its not because i know im the one who’ll always fight for this relationship. As time went on the feelings just got stronger and i cant hold back anymore. I need you to know that I care for you deeply and I’ll always be here for you in every situation. You are the most beautiful man I have ever layed eyes on.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar